Selasa, 20 Maret 2012

Definisi Pengajaran dan Pembelajaran


DEFINISI PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

Apa dia pengajaran?
Pengajaran ialah sesuatu tugasan dan aktiviti yang diusahakan bersama oleh guru dan muridnya. Pengajaran ini adalah dirancangkan guru secara sisitematik dan teliti untuk melaksanakannya dengan kaedah dan teknik mengajar yang sesuai, membimbing, menggalak dan memotivasikan murid supaya mengambil inisiatif untuk belajar, demi memperolehi ilmu pengetahuan dan menguasai kemahiran yang diperlukan.
Apakah ciri-ciri Pengajaran?
  • guru dan murid,
  • guru sebagai pengajar dan murid sebagai pembelajar,
  • hanya bermakna apabila ada pembelajaran,
  • melibatkan instruksi diikuti dengan latihan, indoktrinasi dan pelaziman,
  • melibatkan proses pemikiran dan penggunaan bahasa atau symbol,
  • ada kaitan dengan tugasan dan pencapaian,
  • boleh dijalankan dengan aktiviti berpusatkan guru, murid dan gabungan guru-murid serta berpusatkan sumber,
  • meliputi rancangan mengajar (KOPI),
  • proses yang melibatkan interaksi dua hala,
  • ada unsur sains dan seni.
Apa dia pembelajaran?
Umumnya “Pembelajaran merupakan proses memperolehi ilmu pengetahuan atau kemahiran”. Mengikut Robert M. Gagne (1970) dalam The Condition of Learning, pembelajaran merupakan “perubahan tingkahlaku atau kebolehan seseorang yang dapat dikekalkan, tidak termasuk perubahan yang disebabkan proses pertumbuhan”.
Mengikut Woolfolk (1980) dalam Educational Psychology for Teachers, pembelajaran dilihat sebagai perubahan dalaman yang berlaku kepada seseorang dengan membentuk perkaitan yang baru, atau sebagai potensi yang sanggup menghasilkan tindak balas yang baru.
Pembelajaran :
  • Satu proses yang berterusan,
  • Secara formal dan tak formal,
  • Secara formal melalui sekolah – membaca, menulis& mengira dsb.,
  • Secara tak formal melalui rakan sebaya, keluarga, media massa, persekitaran.
  • Mempunyai teori-teori atau mazhab pembelajaran,
  • Empat mazhab pembelajaran utama – behavioris, kognitif, sosial dan humanis.

Jumat, 16 Maret 2012

Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang   

      Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para masyarakat dalam menunjang pradaban hidup mereka karena itulah para            banyak masyarakat selalu mendapatkan problematika yang bermacam-macam yang datang secara langsung maupun tidak langsung dari komunitas yang dijadikan sebagai sasaran dakwah     .

     
Keadaan ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan dan penguasaan keterampilan dasar yang mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat hanya dapat berpartisipasi pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut / obyek pembangunan saja, belum menjadi subyek pembangunan masyarakat di dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Apabila masyarakat telahmencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.              
      Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia sangat pesat yang dimulai dari masuknya dari daerah Aceh dengan tujuan menyebarkan agama dakwah dengan menjual rempat-rempah.
B. Rumusan Masalah
1.      Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia?
2.      Pendidikan Islam pada Masa Kolonial Belanda?
3.      Pendidikan Islam pada Masa Jepang?
4.      Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru?
5.      Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di Indonesia?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
           
       Berita Islam di Indonesia telah diterima sejak orang Venesia ( Italia ) yang bernama Marcopolo singgah di kota Perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar penduduknya telah beragama Islam. Sampai sekarang belum ada bukti tertulis tentang kapan tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Namun banyak teori yang memperkirakannya.

        Dari sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia dengan Islam sudah terjadi sejak abad ke 7 M, [1]Ada yang mengatakan bahwa Islam pertama kali masuk di Indonesia di Jawa, dan ada yang mengatakan di Barus.ada yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui pesisir Sumatera.

       Untuk selanjutnya siapa yang memperkenalkan Islam di Indonesia itu? Ada yang mengatakan bahwa Islam di bawah ke Indonesia oleh para pedangan, ada yang mengatakan bahwa kekuasaan ( konversi ) keraton sangat berpengaruh bagi pengislaman di Indonesia. Masuknya islam penguasa akan di ikuti oleh rakyatnya secara cepat. Dapat dikatakan bahwa Islam pada mulanya diperkenalkan oleh para pedagang muslim yang melakukan kontak dagang dengan penduduk setempat pada akhirnya dapat menarik hati penduduk setempat untuk memeluk Islam.[2] Pada masa awal, saudagar-saudagar muslim dikenal cukup mendominasi perdangangan dengan Indonesia.

     Kehadiran pedangang-pedagang muslim melahirkan fenomena kota-kota perdangangan sebagai pusat ekonomi, yang pada akhirnya mendukung kegiatan bagian pengembangan Islam. 

     Di samping itu penyebaran Islam di Indonesia adalah dengan metode kekuasan, yang mempunyai peran penting bagi perluasan Islam di Indonesia. Beralihnya agama penguasa menjadi muslim akan diikuti rakyat dan pendukungnya secara cepat. Setelah berdirinya kerajaan islam, biasanya  sang penguasa mempelopori berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari dakwa Islam, pembangunan masjid, sampai penyelenggaraan pendidikan Islam. [3]
       Dapat dikatakan bahwa jalan yang ditempuh oleh para pedagan muslim dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia antara lain melalui jalur atau saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik.
1.    Perdangangan
      Pada taraf permulaan saluran Islamiyah adalah dengan perdangagan, dimana kesibukan lalu lintas perdangagan terjadi pada abad ke 7 hingga 16 M . 
2. Perkawinan 
    Dari sudut ekonomi, para pedangang muslim memiliki status ekonomi yang lebih baik, sehingga para putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu dan sebelum nikah mereka  di Islamkan dahulu.     
3.    Tasawuf 
              Para pengajar tasawuf atau sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan jalan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.    
4.    Pendidikan         
           Islamisasi dengan saluran ini misalnya dilaksanakan di pondok-pondok pesentren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai dan ulama-ulama       
5.    Kesenian
             Pada waktu itu di Nusantara terdapat beberapa pusat kesenian dan kesusastraan Melayu. Dari pusat-pusat kesenian dan kesusastraan tersebut lahirlah kesusastraan Melaku klasik dan terciptalah genre-genre di pusat-pusat itu.           
6.    Politik     
           Di Maluku, Sulawesi Selatan, rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam, maka kerajaan Islam berusaha menguasai kerjaan non Islam, sehingga secara politis banyak menarik penduduk kerajaan non Islam untuk masuk Islam. 

         Pada awal abad ke 15 M pesantren telah didirikan oleh para penyebar agama Islam, di antaranya Walisongo.
[4] Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam di Indonesia didirikan, agama Islam semakin tersebar sehingga dapat dikatakan lembaga-lembaga itu merupakan anak panah penyebaran Islam di Jawa.

         Di samping itu ada juga yang dinamakan surau, yakni lembaga pendidik Islam tradisional di Sumatra Barat. Di Minangkabau istilah surau telah digunakan sebelum datangnya Islam di Indonesia. Surau merupakan tempat yang dibangun Islam di Indonesia.

      Jadi dapat disimpulkan bahwa surau sebulum datangnya Islam adalah bagian dari kebudayaan masyarakat Minangkabau. Surau dibangun oleh suku Indu untyk berkumpul, rapat, dan tempat tidur bagi pemuda-pemuda, kadang-kadang bagi mereka yang sudah kawin dan orang-orang tua yang sudah uzur.       

B.    Pendidikan Islam Pada Masa Kolonial Belanda       
        Pada tahun 1905
[5]pemerintah Belanda mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya
  • Setiap sekolah atau Madrasah harus memiliki izin dari bupati / pejabat pemerintahan belanda
  • Harus ada penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara terperinci
  • Para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan mengirimkanya secara periodik kepada daerah yang bersangkutan.
         Atas dasar perjuangan dari organisasi Islam, melalui konggres Al-Islam pada tahun 1926 di Bogor, peraturan tentang penyelenggaraan pendidikan islam yang di buat oleh pihak Belanda pada tahun 1905 dihapuskan dan diganti dengan peraturan yang baru yang terkenal dengan sebutan Ordonansi Guru. Menurut peraturan baru ini, izin Bupati tidak lagi diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan Islam. Guru agama cukup memberitahukan pada pejabat yang bersangkutan tentang maksud mengajar. Disamping itu, guru juga disuruh mengisi formulir yang telah disediakan oleh pejabat pemerintahan Belanda yang isinya berupa persoalan,  berupa murid dan kurikulum          

        Di sekolah-sekolah Umum secara resmi belum diberikan pendidikan agama. Hanya di fakultas-fakultas hukum telah ada matakuliah Ismologi, yang dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui hukum-hukum dalam Islam. Sedangkan dosen-dosen yang memberikan matakuliah Ismologi tersebut pada umumnya bukan orang Islam dengan menggunakan buku-buku atau literature yang dikarang oleh para orentalis. 

C.    Pendidikan Islam  Pada Masa Jepang           
        Keadaan agak berubah, karena ada kemajuan dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah Umum. Hal ini disebabkan karena mereka mengetahui bahwa sebagian besar bangsa Indonesia adalah pemeluk agama Islam, maka untuk menarik simpati dari pemeluk agama Islam maka Jepang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan agama Islam.       

         Terlebih lagi pada awalnya, pemerintah Jepang menampakan diri seakan-akan membela kepentingan Islam yang merupakan siasat untuk kepentingan perang Dunia II.
[6]Masalahnya Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama. Untuk mendekati umat Islam Jepang menempuh beberapa kebijakan diantaranya pada jaman Jepang dibentuknya KUA, didirikanya Masyumi dan pembentukan Hisbullah.      

          Pada masa pendudukan Jepang, ada satu hal istimewa dalam dunia pendidikan, yaitu sekolah-sekolah telah di selenggarakan dan dinegerikan meskipun sekolah-sekolah suasta lain seperti Muhammadiyah, Taman Siswa dan lain-lain diiziankan terus berkembang dengan pengaturan dan diselenggarakan oleh penduduk Jepang.           

        
Di Sumatra, organisasi-organisasi Islam menggabungkan diri dalam majelis Islam tinggi. Kemudian majelis tersebut mengajukan usul kepada pemerintah Jepang, agar di sekolah-kolah pemerintah diberikan pendidikan agama sejak sekolah rakyat tiga tahun dan ternyata usul tersebut disetujui dengan syarat tidak diberikan anggaran biaya untuk guru-guru agama.         

         Mulai saat itu maka pendidikan agama secara resmi boleh diberikan di sekolah-sekolah pemerintah, namun hal ini hanya berlaku di pulau Sumatra saja. Sedangkan di daerah-daerah lain masih belum ada pendidikan agama di sekolah-sekolah pemerintah, yang ada hanya pendidikan budi pekerti yang didasarkan atau bersumber pada agama juga     .

D.    Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru      

         Kalau dirujuk kebelakang, memang sejak tahun 1966 terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia baik itu menyangkut kehidupan sosial agama maupun politik.
[7] Pada Orde Baru tekad yang di emban yaitu kembali pada UUD 1945 dan melaksanakannya secara murni dan konsekwen sehingga pendidikan agama memperoleh tempat yang kuat dalam struktur pemerintahan.

         Pada masa Orde Baru pendidikan Islam dikembangkan masih dalam batas pemahaman dan pengembangan pengetahuan saja, baru setelah masuk pada abad 21 maka pendidikan Islam lebih difokuskan pada penerapan atau aktualisasi dari ilmu pengetahuan dan selalu didasarkan oleh keimanan dan ketakwaan. Hal ini sesuai dengan beberapa strategi yang diterapkan di sekolah-sekolah guna peningkatan kualitas peserta didiknya baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai landasan menuju pembaharuan masyarakat islam yang maju.

          Pada masa itu juga banyak jalan-jalan yang ditempuh untuk menyetarakan antara pendidikan agama dan pendidikan Umum. Hal ini biasa dilihat dari surat keputusan bersama (SKB) 2 mentri tentang sekolah Umum dan Agama. Dengan adanya SKB tersebut, maka anak-anak yang sekolah agama biasa melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi. Kemudian untuk mengikis dualisme pendidikan biaas dilakukan dengan cara pengintegrasian antara pelajaran umum dan agama, walaupun dualisme itu masalah klasik yang tidak mudah untuk dihapus.

        Tehknik pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-kolah umum mengalami perubahan-perubahan tertentu sehubungan dengan perkembangan cabang ilmu pengetahuan dan perubahan system proses belajar mengajar. Pendidikan Islam dengan pendidikan nasional semakin Nampak dalam rumusan pendidikan nasional yaitu pendidikan nasional ialah usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai budaya, pengetahuan, keterampilan, daya estetik, dan jasmaniany sehingga dia dapat mengembangkan dirinya dan bersama-sama dengan sesame manusia membangun masyarakatnya serta membudidayakan alam sekitar. 


E.    Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia            

       Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:          

1)    Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)           

       K.H Ahmad Dahlan
[8]dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua tahun.                                                                                                                    

       Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya keluar pulau jawa pernah sampai ke Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.                        

        Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani karena ketegaranya.          

2)    K.H Hasim Asy’ari (1971-1947)           

        K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.  

      Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnya beliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.     

         Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah beliau membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal tahun 1899 M) Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng ialah keikut sertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.    

          Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliau mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda atau di zaman Jepang kerap kali beliau diberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau menolaknya dengan bijaksana.  
         Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia, menjadi Kyai dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang peranan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama dan lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas).           
         K.H Asy’ari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan yang telah mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain walaupun dengan menggunakan nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka dirikan.  

3)    K.H Abdul Halim (1887-1962) 

       K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau adalah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang kemudian berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah.   

        K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak dengan belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22 Tahun. Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan pelajaranya.        


         Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan pemikiranya dengan toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau tidak pernah mengecam golongan tradisi ataupun organisasi lain yang tidak sepaham dengan beliau, tablignya lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakan etika di dalam masyarakat dan bukan merupak kritik tentang pemikiran ataupun pendapat orang lain.        
         Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di Majalengka Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada majhab Safi’i.         












                                                              BABIII
                                                            PENUTUP
         Berdasarkan uraian pembahasan di bab II di atas maka penulis dapat menyimpulan bahwa perkembangan Islam di Indonesia sangat pesat yang seperti berbeda pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia antara lain: Bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Isalam pertama di Indonesia mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam.   

         Pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya
  • Setiap sekolah atau Madrasah harus memiliki izin dari bupati/pejabat pemerintahan belanda
  • Harus ada penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara terperinci Para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan mengirimkanya secara periodik kepada daerah yang bersangkutan.           







DAFTAR PUSTAKA

         Djumhur. 1969. Sejarah Pendidikan. Bandung : Ilmu 

        Fadhlil, al-Djamali. 1992. Menerobos Krisis Pendidikan Islam, Jakarta : Golden Press           

         Malik, Fadjar. 1998. Visi Pembaharuan Pendidikan Islam. Jakarat : Alfa Grafitama 

         Moelim, Abdurrahman. 1997. Islam Transformatif. Jakarta : Pustaka Firdaus

         Mahmud Yunus. 2003. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Mutiara Sumber Widya 

          Zuhairini. 2000. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara













[1] Hanun Asrohah. Sejarah pendidikan Islam. Jakarta : logos wacana ilmu. 1991. Hal. 139
[2] Ibid, hal. 141
[3] Ibid, hal. 143
[4] Ibid, hal.145
[5] Zuhairini, dkk. Sejarah pendidikan islam. Jakarta : bumi aksara. 2004, hal. 149
[6] Choirun Niswa. Sejarah pendidikan islam. Palembang : reffah press. 2006, hal. 190
[7] Ibid, hal. 200
[8] Hanun Asroha. Op. cit. hal 166

Macam-macam Transfer belajar


BAB I
PENDAHULUAN

Pengertian Transfer Belajar

          Istilah “transfer belajar” berasal dari bahasa Inggris “transfer of learning” dan berarti ; pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari. Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang studi atau situasi di luar lingkup pendidikan. Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup bidang studi di mana hasil itu mula-mula diperoleh.
            Kata “pemindahan ketrampilan” tidak berkonotasi hilangnya ketrampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan ketrampilan baru pada masa sekarang.  Misalnya, hasil belajar di cabang olahraga main bola tangan, digunakan dalam belajar main basket, dan lain-lain.  Berkat pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan dalam mempelajari sesuatu di bidang studi yang lain atau dalam pengaturan kehidupan sehari-hari.

















BAB II
PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Transfer belajar

1.      Transfer Positif 
Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif yakni belajar dalam situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain. “Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”.
Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.  Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat.

2.      Transfer negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak  atau mengalami hamnbatan terhadapketrampilan/pengetahuan yang dipelajari.   “Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari, transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”.
Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.
Misalnya, Ketrampilan mengemudi kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke salah satu negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan jalan.   pengetahaun akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan menghambat dalam mempelajari dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain selama bertahun-tahun sesudah tamat sekolah.
Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik.  Artinya, ketrampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.

3.      Transfer Vertikal
                     Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi  dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit.
                   Misalnya, seorang ssiwa SD yang telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk di kelas III. Sehubungan dengan hal ini, penguasaan materi pelajaran kelas II merupakan prerequisite (Prasyarat) untuk mempelajari materi pelajaran kelas III.

4.      Transfer lateral
                    Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan yang sederajat. Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
                     Misalnya, seorang lulusan STM yang telah menguasai tehknologi “X” dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut  di tempat kerjanya. Di samping itu juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan tekhnologi mesin-mesin lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi.






BAB III
KESIMPULAN

Transfer Belajar ialah pengaruh kecakapan hasil belajar dalam sebuah situasi terhadap kegiatan belajar dalam situasinya.
Ragam Transfer terdiri atas :
1.      Transfer Positif  (Mempermudah kegiatan/proses belajar lainnya)
2.      Transfer Negatif (Mempersulit belajar lainnya)
3.      Tranfer Vertikal (Mempermudah belajar pengetahuan yang lebih tinggi)
4.      Transfer Lateral (Mempermudah kegiatan belajar pengetahuan yang setara)














DAFTAR PUSTAKA
Khodijah, Nyayu.
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Perkembangan Jiwa Agama Pada Masa Usia Lanjut


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perkembangan manusia dapat digambarkan dalam bentuk garis sisi sebuah trapesium. Sejak usia bayi hingga mencapai kedewasaan jasmani. Garis itu menggambarkan bahwa selama periode tersebut terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu dewasa (22-24)
Perkembangan selanjutnya digambarkan oleh garis lurus sebagai gambaran terhadap kemantapan fisik yang sudah dicapai. Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia 50 tahun, perkembangan fisik manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga mencapai usia lanjut. Oleh karena itu umumnya garis perkembangan pada periode ini digambarkan oleh garis menurun. Periode ini disebut periode regresi (penurunan).















BAB II
Pembahasan

PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA MASA USIA LANJUT
A.      Pengertian
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara biologis semakin lama semakin berkembang dan akhirnya menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka jaringan-jaringan dan sel-sel menjadi tua, sebagian regenerasi dan sebagian yang lain akan mati. Usia lanjut ini biasanya dimulai pada usia sekitar 65 tahun. Pada usia ini biasanya mengalami berbagai persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia ini merasa dirinya sudah tidak berharga lagi atau tidak ada nilai gunanya.
Proses penuaan biasanya disebut juga senescene yang artinya tumbuh menjadi tua. Pada masa lansia ini Zakkiah Dradjat mengatakan bahwa masa ini mempunyai kebutuhan-kebutuhan yaitu sbb:
1.       Kebutuhan primer yaitu kebutuhan jasmaniah : makan, minum, seks dan sebagainya, kebutuhan ini didapat secarah fitrah tanpa dipelajari
2.       Kebutuhan sekunder atau kebutuhan rohania, jiwa dan social. Kebutuhan ini hanya terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia masih kecil.

B.      CIRI-CIRI KEAGAMAAN PADA USIA LANJUT
Pada masa lansia sesuai dengan penurunan kemampuan dari segi fisik dan psikis, maka kehiduapan keagamaan pada usia lanjut ini menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat : dari sebuah penelitian dengan sampel 1200 orang berusia antara 60-100 tahun menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan dan semakin meningkat.
Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa tampaknya justru terdapat pada masa usia lanjut, ketika gejolak kehidupan social sudah berakhir (Robert H. Tholuess. 1979:107). Pendapat tersebut sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan lansia yang semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Dapat juga disebut sebagai contoh kecendrunganpengikut berbagai kegiatan keagamaan, misalnya pengajian, tarekat dan lainnya. Usia ini paling tidak ditandai dengan pada wanita menopause. Dalam kehidupan yang sama dengan pria biasanya sesungguhnya produksi sperma masih ada, namun kekuatan fisik yang sulit dipertahankan. Untuk itulah biasanya pada pria  sering terkena penyakit prostat.
Pada penelitian lain terungkap bahwa yang menentukan sikap keagamaan pada usia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi. Kecenderungan kehilangan identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya kematian, merupakan salah satu factor yang menentukan berbagai sikap keagamaan di usia lanjut (M. Argyle dan elle A. Cohen)
Secara garis besarnya ciri-ciri keagamaan di usia lanjut ini adalah :
1.       Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan
2.       Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
3.       Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih sungguh-sungguh
4.       Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat  luhur
5.       Timbul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
6.       Perasaan takut kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)
Situasi keagamaan pada lansia ialah adanya semangat mencari kebenaran, keimanan, rasa ketuhanan, dan cara-cara terbaik untuk berhubungan dengan manusia dan alam sekitar. Ia selalu menguji keimanannya melalui pengalaman-pengalaman sehingga menimbulkan keyakinan yang lebih tepat. Ibadahnya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar mendapatkan kenikmatan penghayatan terhadap tuhan walaupun dari segi pelaksanaan sudah mengalami rasa kesulitan karena keadaan fisik dan psikis sudah berkurang, hal ini dimiliki oleh para lansia yang proses pemikirannya belum mengalami kerusakan, berbeda dengan lansia yang lebih dahulu mengalami pengurangan proses berpikirnya.

C.      PROSES PEMANTAPANNILAI-NILAI AGAMA PADA MASA USIA LANJUT
Dalam perkembangan jiwa seseorang pengalaman, kehidupan beragama sedikit demi sedikit akan semakin mantap sebagai suatu unit yang otonom dalam keprbadian. Unit itu merupakan suatu organisasi yang disebut kesadaran beragama sebagai hasil peranan atau fungsi kejiwaan terutama motivasi, emosi dan intelegensi (Abdul Aziz ahyadi, 1991:49). Berarti motivasi berfungsi sebagai daya penggerak untuk mengarahkan kehidupan mental. Emosi berfungsi untuk melandasi dan mewarnai, sementara intelgensi berfungsi untuk mengorganisasikan dean mempolakannya. Dengan demikian kesadaran beragama itu tidak muncul begitu saja, namun ia muncul melalui proses dan masa yang cukup panjang, kematangan beragama biasanya muncul seiring kematangan kepribadian serta keyakinan dan kesadaran yang mendalam terhadap ajaran agama.
Selanjutnya dikatakan bahwa kesadaran agama yang mantap adalah bila satu diposisi dinamis dari sitem mental yang terbentuk melalui pengalaman serta diolah dalam kepribadian untuk mengadakan tanggapan yang tepat, konsepsi pandangan hidup, penyesuaian diri dan bertingkah laku (abdul Aziz Ahyadi, 1991:50).
Dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang dimiliki oleh lansia yang sudah mengalami penurunan dari segi kemampuan fisik dan psikis dengan situasi keagamaan yang dimilki bila dihubungkan semestinya akan terciptalah kemantapan nilai-nilai keagamaan pada masa kini, berarti pemantapan nilai-nilai pada masa lansia ini cukup dengan mengingatkan kembali, memberikan arahan, mengajak, memberikan fasiltas dengan penuh rasa kasih saying dan cara yang baik untuk mengingatkan mereka itu kepada kehidupan yang tak akan lama lagi akan ditemuinya, tentunya mereka akan mudah menerima kebenaran nilai-nilai keagamaan semakin meningkat dan mantap.
D.      PERLAKUAN TERHADAP USIA LANJUT
Kelemahan biologis yang ada pada masa lansia sangat mempengaruhi pada prilaku, tindakan, dan pemikiran. Pada kenyataanya sikap ketidakberdayaan seperti itu merupakan latar belakang sejarah umat manusia, karena manusia berbeda dengan hewan yaitu dilengkapi dengan kemampuan untuk berpikir dan dilengkapi dengan akal, sedangkan pada binatang hanya kemampuan insting menyebabkan hewan hanya memiliki proses adaptasi dengan lingkungan alamnya. Sebaliknya manusia mampu menggunakan apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya yaitu kelebihan berpikir menggunakan otaknya serta mempunyai akal.
Menurut ajaran islam perlakuan tehadap lansia ini dianjurkan seteliti dan sebaik mungkin. Perlakuan terhadap lansia ini dibebankan pada anak-anaknya. Perlakuan terhadap orang tua berawal dari rumah tangga (Keluarga).













KESIMPULAN
Pada masa lansia sesuai dengan penurunan kemampuan dari segi fisik dan psikis, maka kehiduapan keagamaan pada usia lanjut ini menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat : dari sebuah penelitian dengan sampel 1200 orang berusia antara 60-100 tahun menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan dan semakin meningkat.
Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa tampaknya justru terdapat pada masa usia lanjut, ketika gejolak kehidupan social sudah berakhir (Robert H. Tholuess. 1979:107). Pendapat tersebut sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan lansia yang semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Dapat juga disebut sebagai contoh kecendrunganpengikut berbagai kegiatan keagamaan, misalnya pengajian, tarekat dan lainnya. Usia ini paling tidak ditandai dengan pada wanita menopause. Dalam kehidupan yang sama dengan pria biasanya sesungguhnya produksi sperma masih ada, namun kekuatan fisik yang sulit dipertahankan. Untuk itulah biasanya pada pria  sering terkena penyakit prostat.
Pada penelitian lain terungkap bahwa yang menentukan sikap keagamaan pada usia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi. Kecenderungan kehilangan identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya kematian, merupakan salah satu factor yang menentukan berbagai sikap keagamaan di usia lanjut (M. Argyle dan elle A. Cohen)
a.       Secara garis besarnya ciri-ciri keagamaan di usia lanjut ini adalah :
b.      Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan
c.       Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
d.      Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih sungguh-sungguh
e.      Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat  luhur
f.        Timbul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
g.       Perasaan takut kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan
h.      kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)






DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hal: 379-414
R.siti Maryam dan Ns. Mia Fatma Ekasari. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 31-32
S.Tamber dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 1-2