BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para masyarakat dalam menunjang pradaban hidup mereka karena itulah para banyak masyarakat selalu mendapatkan problematika yang bermacam-macam yang datang secara langsung maupun tidak langsung dari komunitas yang dijadikan sebagai sasaran dakwah .
Keadaan ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan dan penguasaan keterampilan dasar yang mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat hanya dapat berpartisipasi pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut / obyek pembangunan saja, belum menjadi subyek pembangunan masyarakat di dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Apabila masyarakat telahmencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.
Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia sangat pesat yang dimulai dari masuknya dari daerah Aceh dengan tujuan menyebarkan agama dakwah dengan menjual rempat-rempah.
B. Rumusan Masalah
1.
Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia?
2.
Pendidikan Islam pada Masa Kolonial Belanda?
3.
Pendidikan Islam pada Masa Jepang?
4.
Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru?
5. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Berita Islam di Indonesia telah diterima sejak orang Venesia ( Italia ) yang bernama Marcopolo singgah di kota Perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar penduduknya telah beragama Islam. Sampai sekarang belum ada bukti tertulis tentang kapan tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Namun banyak teori yang memperkirakannya.
Dari sekian perkiraan,
kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia dengan Islam sudah terjadi sejak
abad ke 7 M, [1]Ada yang mengatakan bahwa Islam pertama kali masuk di
Indonesia di Jawa, dan ada yang mengatakan di Barus.ada yang berpendapat bahwa
Islam masuk ke Indonesia melalui pesisir Sumatera.
Untuk selanjutnya siapa yang
memperkenalkan Islam di Indonesia itu? Ada yang mengatakan bahwa Islam di bawah
ke Indonesia oleh para pedangan, ada yang mengatakan bahwa kekuasaan ( konversi
) keraton sangat berpengaruh bagi pengislaman di Indonesia. Masuknya islam
penguasa akan di ikuti oleh rakyatnya secara cepat. Dapat dikatakan bahwa Islam
pada mulanya diperkenalkan oleh para pedagang muslim yang melakukan kontak
dagang dengan penduduk setempat pada akhirnya dapat menarik hati penduduk
setempat untuk memeluk Islam.[2] Pada masa awal, saudagar-saudagar muslim dikenal cukup
mendominasi perdangangan dengan Indonesia.
Kehadiran pedangang-pedagang muslim melahirkan fenomena kota-kota
perdangangan sebagai pusat ekonomi, yang pada akhirnya mendukung kegiatan
bagian pengembangan Islam.
Di samping itu penyebaran Islam di Indonesia adalah dengan metode
kekuasan, yang mempunyai peran penting bagi perluasan Islam di Indonesia.
Beralihnya agama penguasa menjadi muslim akan diikuti rakyat dan pendukungnya
secara cepat. Setelah berdirinya kerajaan islam, biasanya sang penguasa
mempelopori berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari dakwa Islam, pembangunan
masjid, sampai penyelenggaraan pendidikan Islam. [3]
Dapat dikatakan bahwa jalan yang
ditempuh oleh para pedagan muslim dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia
antara lain melalui jalur atau saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf,
pendidikan, kesenian dan politik.
1. Perdangangan
Pada
taraf permulaan saluran Islamiyah adalah dengan perdangagan, dimana kesibukan
lalu lintas perdangagan terjadi pada abad ke 7 hingga 16 M .
2.
Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedangang muslim memiliki
status ekonomi yang lebih baik, sehingga para putri bangsawan tertarik untuk
menjadi istri saudagar-saudagar itu dan sebelum nikah mereka di Islamkan
dahulu.
3. Tasawuf
Para pengajar tasawuf atau sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan jalan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
4. Pendidikan
Islamisasi dengan saluran ini misalnya dilaksanakan di pondok-pondok pesentren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai dan ulama-ulama
5. Kesenian
Pada waktu itu di Nusantara terdapat beberapa pusat kesenian dan kesusastraan Melayu. Dari pusat-pusat kesenian dan kesusastraan tersebut lahirlah kesusastraan Melaku klasik dan terciptalah genre-genre di pusat-pusat itu.
6. Politik
Di Maluku, Sulawesi Selatan, rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam, maka kerajaan Islam berusaha menguasai kerjaan non Islam, sehingga secara politis banyak menarik penduduk kerajaan non Islam untuk masuk Islam.
Pada awal abad ke 15 M pesantren telah didirikan oleh para penyebar agama Islam, di antaranya Walisongo.[4] Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam di Indonesia didirikan, agama Islam semakin tersebar sehingga dapat dikatakan lembaga-lembaga itu merupakan anak panah penyebaran Islam di Jawa.
Di samping itu ada juga yang dinamakan surau, yakni lembaga pendidik Islam tradisional di Sumatra Barat. Di Minangkabau istilah surau telah digunakan sebelum datangnya Islam di Indonesia. Surau merupakan tempat yang dibangun Islam di Indonesia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa surau sebulum datangnya Islam adalah bagian dari kebudayaan masyarakat Minangkabau. Surau dibangun oleh suku Indu untyk berkumpul, rapat, dan tempat tidur bagi pemuda-pemuda, kadang-kadang bagi mereka yang sudah kawin dan orang-orang tua yang sudah uzur.
3. Tasawuf
Para pengajar tasawuf atau sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan jalan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
4. Pendidikan
Islamisasi dengan saluran ini misalnya dilaksanakan di pondok-pondok pesentren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai dan ulama-ulama
5. Kesenian
Pada waktu itu di Nusantara terdapat beberapa pusat kesenian dan kesusastraan Melayu. Dari pusat-pusat kesenian dan kesusastraan tersebut lahirlah kesusastraan Melaku klasik dan terciptalah genre-genre di pusat-pusat itu.
6. Politik
Di Maluku, Sulawesi Selatan, rakyat masuk Islam setelah rajanya masuk Islam, maka kerajaan Islam berusaha menguasai kerjaan non Islam, sehingga secara politis banyak menarik penduduk kerajaan non Islam untuk masuk Islam.
Pada awal abad ke 15 M pesantren telah didirikan oleh para penyebar agama Islam, di antaranya Walisongo.[4] Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam di Indonesia didirikan, agama Islam semakin tersebar sehingga dapat dikatakan lembaga-lembaga itu merupakan anak panah penyebaran Islam di Jawa.
Di samping itu ada juga yang dinamakan surau, yakni lembaga pendidik Islam tradisional di Sumatra Barat. Di Minangkabau istilah surau telah digunakan sebelum datangnya Islam di Indonesia. Surau merupakan tempat yang dibangun Islam di Indonesia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa surau sebulum datangnya Islam adalah bagian dari kebudayaan masyarakat Minangkabau. Surau dibangun oleh suku Indu untyk berkumpul, rapat, dan tempat tidur bagi pemuda-pemuda, kadang-kadang bagi mereka yang sudah kawin dan orang-orang tua yang sudah uzur.
B. Pendidikan
Islam Pada Masa Kolonial Belanda
Pada tahun 1905 [5]pemerintah Belanda mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya
Pada tahun 1905 [5]pemerintah Belanda mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya
- Setiap sekolah
atau Madrasah harus memiliki izin dari bupati / pejabat pemerintahan
belanda
- Harus ada
penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara terperinci
- Para guru
harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan mengirimkanya secara
periodik kepada daerah yang bersangkutan.
Atas dasar perjuangan dari organisasi
Islam, melalui konggres Al-Islam pada tahun 1926 di Bogor, peraturan tentang
penyelenggaraan pendidikan islam yang di buat oleh pihak Belanda pada tahun
1905 dihapuskan dan diganti dengan peraturan yang baru yang terkenal dengan
sebutan Ordonansi Guru. Menurut peraturan baru ini, izin Bupati tidak lagi
diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan Islam. Guru agama cukup
memberitahukan pada pejabat yang bersangkutan tentang maksud mengajar.
Disamping itu, guru juga disuruh mengisi formulir yang telah disediakan oleh
pejabat pemerintahan Belanda yang isinya berupa persoalan, berupa murid
dan kurikulum
Di sekolah-sekolah Umum secara resmi belum
diberikan pendidikan agama. Hanya di fakultas-fakultas hukum telah ada
matakuliah Ismologi, yang dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui
hukum-hukum dalam Islam. Sedangkan dosen-dosen yang memberikan matakuliah
Ismologi tersebut pada umumnya bukan orang Islam dengan menggunakan buku-buku
atau literature yang dikarang oleh para orentalis.
C. Pendidikan Islam Pada Masa Jepang
Keadaan agak berubah, karena ada kemajuan dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah Umum. Hal ini disebabkan karena mereka mengetahui bahwa sebagian besar bangsa Indonesia adalah pemeluk agama Islam, maka untuk menarik simpati dari pemeluk agama Islam maka Jepang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan agama Islam.
Terlebih lagi pada awalnya, pemerintah Jepang menampakan diri seakan-akan membela kepentingan Islam yang merupakan siasat untuk kepentingan perang Dunia II. [6]Masalahnya Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama. Untuk mendekati umat Islam Jepang menempuh beberapa kebijakan diantaranya pada jaman Jepang dibentuknya KUA, didirikanya Masyumi dan pembentukan Hisbullah.
Pada masa pendudukan Jepang, ada satu hal istimewa dalam dunia pendidikan, yaitu sekolah-sekolah telah di selenggarakan dan dinegerikan meskipun sekolah-sekolah suasta lain seperti Muhammadiyah, Taman Siswa dan lain-lain diiziankan terus berkembang dengan pengaturan dan diselenggarakan oleh penduduk Jepang.
Di Sumatra, organisasi-organisasi Islam menggabungkan diri dalam majelis Islam tinggi. Kemudian majelis tersebut mengajukan usul kepada pemerintah Jepang, agar di sekolah-kolah pemerintah diberikan pendidikan agama sejak sekolah rakyat tiga tahun dan ternyata usul tersebut disetujui dengan syarat tidak diberikan anggaran biaya untuk guru-guru agama.
Mulai saat itu maka pendidikan agama secara resmi boleh diberikan di sekolah-sekolah pemerintah, namun hal ini hanya berlaku di pulau Sumatra saja. Sedangkan di daerah-daerah lain masih belum ada pendidikan agama di sekolah-sekolah pemerintah, yang ada hanya pendidikan budi pekerti yang didasarkan atau bersumber pada agama juga .
D. Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru
Kalau dirujuk kebelakang, memang sejak tahun 1966 terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia baik itu menyangkut kehidupan sosial agama maupun politik.[7] Pada Orde Baru tekad yang di emban yaitu kembali pada UUD 1945 dan melaksanakannya secara murni dan konsekwen sehingga pendidikan agama memperoleh tempat yang kuat dalam struktur pemerintahan.
Pada masa Orde Baru pendidikan Islam dikembangkan masih dalam batas pemahaman dan pengembangan pengetahuan saja, baru setelah masuk pada abad 21 maka pendidikan Islam lebih difokuskan pada penerapan atau aktualisasi dari ilmu pengetahuan dan selalu didasarkan oleh keimanan dan ketakwaan. Hal ini sesuai dengan beberapa strategi yang diterapkan di sekolah-sekolah guna peningkatan kualitas peserta didiknya baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai landasan menuju pembaharuan masyarakat islam yang maju.
Pada masa itu juga banyak jalan-jalan yang ditempuh untuk menyetarakan antara pendidikan agama dan pendidikan Umum. Hal ini biasa dilihat dari surat keputusan bersama (SKB) 2 mentri tentang sekolah Umum dan Agama. Dengan adanya SKB tersebut, maka anak-anak yang sekolah agama biasa melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi. Kemudian untuk mengikis dualisme pendidikan biaas dilakukan dengan cara pengintegrasian antara pelajaran umum dan agama, walaupun dualisme itu masalah klasik yang tidak mudah untuk dihapus.
Tehknik pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-kolah umum mengalami perubahan-perubahan tertentu sehubungan dengan perkembangan cabang ilmu pengetahuan dan perubahan system proses belajar mengajar. Pendidikan Islam dengan pendidikan nasional semakin Nampak dalam rumusan pendidikan nasional yaitu pendidikan nasional ialah usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai budaya, pengetahuan, keterampilan, daya estetik, dan jasmaniany sehingga dia dapat mengembangkan dirinya dan bersama-sama dengan sesame manusia membangun masyarakatnya serta membudidayakan alam sekitar.
C. Pendidikan Islam Pada Masa Jepang
Keadaan agak berubah, karena ada kemajuan dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah Umum. Hal ini disebabkan karena mereka mengetahui bahwa sebagian besar bangsa Indonesia adalah pemeluk agama Islam, maka untuk menarik simpati dari pemeluk agama Islam maka Jepang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan agama Islam.
Terlebih lagi pada awalnya, pemerintah Jepang menampakan diri seakan-akan membela kepentingan Islam yang merupakan siasat untuk kepentingan perang Dunia II. [6]Masalahnya Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama. Untuk mendekati umat Islam Jepang menempuh beberapa kebijakan diantaranya pada jaman Jepang dibentuknya KUA, didirikanya Masyumi dan pembentukan Hisbullah.
Pada masa pendudukan Jepang, ada satu hal istimewa dalam dunia pendidikan, yaitu sekolah-sekolah telah di selenggarakan dan dinegerikan meskipun sekolah-sekolah suasta lain seperti Muhammadiyah, Taman Siswa dan lain-lain diiziankan terus berkembang dengan pengaturan dan diselenggarakan oleh penduduk Jepang.
Di Sumatra, organisasi-organisasi Islam menggabungkan diri dalam majelis Islam tinggi. Kemudian majelis tersebut mengajukan usul kepada pemerintah Jepang, agar di sekolah-kolah pemerintah diberikan pendidikan agama sejak sekolah rakyat tiga tahun dan ternyata usul tersebut disetujui dengan syarat tidak diberikan anggaran biaya untuk guru-guru agama.
Mulai saat itu maka pendidikan agama secara resmi boleh diberikan di sekolah-sekolah pemerintah, namun hal ini hanya berlaku di pulau Sumatra saja. Sedangkan di daerah-daerah lain masih belum ada pendidikan agama di sekolah-sekolah pemerintah, yang ada hanya pendidikan budi pekerti yang didasarkan atau bersumber pada agama juga .
D. Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru
Kalau dirujuk kebelakang, memang sejak tahun 1966 terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia baik itu menyangkut kehidupan sosial agama maupun politik.[7] Pada Orde Baru tekad yang di emban yaitu kembali pada UUD 1945 dan melaksanakannya secara murni dan konsekwen sehingga pendidikan agama memperoleh tempat yang kuat dalam struktur pemerintahan.
Pada masa Orde Baru pendidikan Islam dikembangkan masih dalam batas pemahaman dan pengembangan pengetahuan saja, baru setelah masuk pada abad 21 maka pendidikan Islam lebih difokuskan pada penerapan atau aktualisasi dari ilmu pengetahuan dan selalu didasarkan oleh keimanan dan ketakwaan. Hal ini sesuai dengan beberapa strategi yang diterapkan di sekolah-sekolah guna peningkatan kualitas peserta didiknya baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai landasan menuju pembaharuan masyarakat islam yang maju.
Pada masa itu juga banyak jalan-jalan yang ditempuh untuk menyetarakan antara pendidikan agama dan pendidikan Umum. Hal ini biasa dilihat dari surat keputusan bersama (SKB) 2 mentri tentang sekolah Umum dan Agama. Dengan adanya SKB tersebut, maka anak-anak yang sekolah agama biasa melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi. Kemudian untuk mengikis dualisme pendidikan biaas dilakukan dengan cara pengintegrasian antara pelajaran umum dan agama, walaupun dualisme itu masalah klasik yang tidak mudah untuk dihapus.
Tehknik pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-kolah umum mengalami perubahan-perubahan tertentu sehubungan dengan perkembangan cabang ilmu pengetahuan dan perubahan system proses belajar mengajar. Pendidikan Islam dengan pendidikan nasional semakin Nampak dalam rumusan pendidikan nasional yaitu pendidikan nasional ialah usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai budaya, pengetahuan, keterampilan, daya estetik, dan jasmaniany sehingga dia dapat mengembangkan dirinya dan bersama-sama dengan sesame manusia membangun masyarakatnya serta membudidayakan alam sekitar.
E.
Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia
Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:
1) Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)
K.H Ahmad Dahlan [8]dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua tahun.
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya keluar pulau jawa pernah sampai ke Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani karena ketegaranya.
2) K.H Hasim Asy’ari (1971-1947)
K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnya beliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.
Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:
1) Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)
K.H Ahmad Dahlan [8]dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua tahun.
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya keluar pulau jawa pernah sampai ke Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani karena ketegaranya.
2) K.H Hasim Asy’ari (1971-1947)
K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnya beliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.
Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah beliau membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal tahun 1899 M) Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng ialah keikut sertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliau mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda atau di zaman Jepang kerap kali beliau diberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau menolaknya dengan bijaksana.
Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia, menjadi Kyai dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang peranan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama dan lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas).
K.H Asy’ari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan yang telah mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain walaupun dengan menggunakan nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka dirikan.
3) K.H Abdul Halim (1887-1962)
K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau adalah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang kemudian berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah.
K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak dengan belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22 Tahun. Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan pelajaranya.
Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan pemikiranya dengan toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau tidak pernah mengecam golongan tradisi ataupun organisasi lain yang tidak sepaham dengan beliau, tablignya lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakan etika di dalam masyarakat dan bukan merupak kritik tentang pemikiran ataupun pendapat orang lain.
Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di Majalengka Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada majhab Safi’i.
BABIII
PENUTUP
Berdasarkan uraian pembahasan di bab II di atas maka penulis dapat menyimpulan bahwa perkembangan Islam di Indonesia sangat pesat yang seperti berbeda pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia antara lain: Bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Isalam pertama di Indonesia mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam.
Pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya
PENUTUP
Berdasarkan uraian pembahasan di bab II di atas maka penulis dapat menyimpulan bahwa perkembangan Islam di Indonesia sangat pesat yang seperti berbeda pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia antara lain: Bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Isalam pertama di Indonesia mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam.
Pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya
- Setiap
sekolah atau Madrasah harus memiliki izin dari bupati/pejabat pemerintahan
belanda
- Harus ada
penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara terperinci
Para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan
mengirimkanya secara periodik kepada daerah yang bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Djumhur. 1969. Sejarah Pendidikan. Bandung : Ilmu
Fadhlil, al-Djamali. 1992. Menerobos Krisis Pendidikan Islam, Jakarta : Golden Press
Malik, Fadjar. 1998. Visi Pembaharuan Pendidikan Islam. Jakarat : Alfa Grafitama
Moelim, Abdurrahman. 1997. Islam Transformatif. Jakarta : Pustaka Firdaus
Mahmud Yunus. 2003. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Mutiara Sumber Widya
Zuhairini. 2000. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar