BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan manusia dapat
digambarkan dalam bentuk garis sisi sebuah trapesium. Sejak usia bayi hingga
mencapai kedewasaan jasmani. Garis itu menggambarkan bahwa selama periode
tersebut terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan fisik berjalan
secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu dewasa (22-24)
Perkembangan selanjutnya digambarkan
oleh garis lurus sebagai gambaran terhadap kemantapan fisik yang sudah dicapai.
Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia 50 tahun, perkembangan fisik
manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas
usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga mencapai
usia lanjut. Oleh karena itu umumnya garis perkembangan pada periode ini
digambarkan oleh garis menurun. Periode ini disebut periode regresi
(penurunan).
BAB II
Pembahasan
PERKEMBANGAN JIWA
AGAMA PADA MASA USIA LANJUT
A.
Pengertian
Proses perkembangan
manusia setelah dilahirkan secara biologis semakin lama semakin berkembang dan
akhirnya menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka jaringan-jaringan
dan sel-sel menjadi tua, sebagian regenerasi dan sebagian yang lain akan mati.
Usia lanjut ini biasanya dimulai pada usia sekitar 65 tahun. Pada usia ini
biasanya mengalami berbagai persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan fisik
hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan
kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu,
mereka yang berada dalam usia ini merasa dirinya sudah tidak berharga lagi atau
tidak ada nilai gunanya.
Proses penuaan
biasanya disebut juga senescene yang
artinya tumbuh menjadi tua. Pada masa lansia ini Zakkiah Dradjat mengatakan
bahwa masa ini mempunyai kebutuhan-kebutuhan yaitu sbb:
1. Kebutuhan
primer yaitu kebutuhan jasmaniah : makan, minum, seks dan sebagainya, kebutuhan
ini didapat secarah fitrah tanpa dipelajari
2. Kebutuhan
sekunder atau kebutuhan rohania, jiwa dan social. Kebutuhan ini hanya terdapat
pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia masih kecil.
B.
CIRI-CIRI KEAGAMAAN
PADA USIA LANJUT
Pada masa lansia
sesuai dengan penurunan kemampuan dari segi fisik dan psikis, maka kehiduapan
keagamaan pada usia lanjut ini menurut hasil penelitian psikologi agama
ternyata meningkat : dari sebuah penelitian dengan sampel 1200 orang berusia
antara 60-100 tahun menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk menerima pendapat
keagamaan dan semakin meningkat.
Menurut William James,
usia keagamaan yang luar biasa tampaknya justru terdapat pada masa usia lanjut,
ketika gejolak kehidupan social sudah berakhir (Robert H. Tholuess. 1979:107).
Pendapat tersebut sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan lansia yang
semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk kehidupan
akhirat. Dapat juga disebut sebagai contoh kecendrunganpengikut berbagai
kegiatan keagamaan, misalnya pengajian, tarekat dan lainnya. Usia ini paling
tidak ditandai dengan pada wanita menopause. Dalam kehidupan yang sama dengan
pria biasanya sesungguhnya produksi sperma masih ada, namun kekuatan fisik yang
sulit dipertahankan. Untuk itulah biasanya pada pria sering terkena penyakit prostat.
Pada penelitian lain
terungkap bahwa yang menentukan sikap keagamaan pada usia lanjut diantaranya
adalah depersonalisasi. Kecenderungan
kehilangan identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya kematian,
merupakan salah satu factor yang menentukan berbagai sikap keagamaan di usia
lanjut (M. Argyle dan elle A. Cohen)
Secara garis besarnya ciri-ciri
keagamaan di usia lanjut ini adalah :
1. Kehidupan
keagamaan sudah mencapai kemantapan
2. Meningkatnya
kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
3. Mulai muncul
pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih
sungguh-sungguh
4. Sikap keagamaan
cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta
sifat-sifat luhur
5. Timbul rasa
takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
6. Perasaan takut
kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan
kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)
Situasi keagamaan pada lansia ialah
adanya semangat mencari kebenaran, keimanan, rasa ketuhanan, dan cara-cara
terbaik untuk berhubungan dengan manusia dan alam sekitar. Ia selalu menguji
keimanannya melalui pengalaman-pengalaman sehingga menimbulkan keyakinan yang
lebih tepat. Ibadahnya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar mendapatkan
kenikmatan penghayatan terhadap tuhan walaupun dari segi pelaksanaan sudah
mengalami rasa kesulitan karena keadaan fisik dan psikis sudah berkurang, hal
ini dimiliki oleh para lansia yang proses pemikirannya belum mengalami
kerusakan, berbeda dengan lansia yang lebih dahulu mengalami pengurangan proses
berpikirnya.
C.
PROSES
PEMANTAPANNILAI-NILAI AGAMA PADA MASA USIA LANJUT
Dalam perkembangan jiwa seseorang
pengalaman, kehidupan beragama sedikit demi sedikit akan semakin mantap sebagai
suatu unit yang otonom dalam keprbadian. Unit itu merupakan suatu organisasi
yang disebut kesadaran beragama sebagai hasil peranan atau fungsi kejiwaan
terutama motivasi, emosi dan intelegensi (Abdul Aziz ahyadi, 1991:49). Berarti
motivasi berfungsi sebagai daya penggerak untuk mengarahkan kehidupan mental.
Emosi berfungsi untuk melandasi dan mewarnai, sementara intelgensi berfungsi
untuk mengorganisasikan dean mempolakannya. Dengan demikian kesadaran beragama
itu tidak muncul begitu saja, namun ia muncul melalui proses dan masa yang
cukup panjang, kematangan beragama biasanya muncul seiring kematangan
kepribadian serta keyakinan dan kesadaran yang mendalam terhadap ajaran agama.
Selanjutnya dikatakan bahwa
kesadaran agama yang mantap adalah bila satu diposisi dinamis dari sitem mental
yang terbentuk melalui pengalaman serta diolah dalam kepribadian untuk
mengadakan tanggapan yang tepat, konsepsi pandangan hidup, penyesuaian diri dan
bertingkah laku (abdul Aziz Ahyadi, 1991:50).
Dengan memperhatikan situasi dan
kondisi yang dimiliki oleh lansia yang sudah mengalami penurunan dari segi
kemampuan fisik dan psikis dengan situasi keagamaan yang dimilki bila
dihubungkan semestinya akan terciptalah kemantapan nilai-nilai keagamaan pada
masa kini, berarti pemantapan nilai-nilai pada masa lansia ini cukup dengan
mengingatkan kembali, memberikan arahan, mengajak, memberikan fasiltas dengan
penuh rasa kasih saying dan cara yang baik untuk mengingatkan mereka itu kepada
kehidupan yang tak akan lama lagi akan ditemuinya, tentunya mereka akan mudah
menerima kebenaran nilai-nilai keagamaan semakin meningkat dan mantap.
D.
PERLAKUAN TERHADAP
USIA LANJUT
Kelemahan biologis
yang ada pada masa lansia sangat mempengaruhi pada prilaku, tindakan, dan
pemikiran. Pada kenyataanya sikap ketidakberdayaan seperti itu merupakan latar
belakang sejarah umat manusia, karena manusia berbeda dengan hewan yaitu
dilengkapi dengan kemampuan untuk berpikir dan dilengkapi dengan akal,
sedangkan pada binatang hanya kemampuan insting menyebabkan hewan hanya
memiliki proses adaptasi dengan lingkungan alamnya. Sebaliknya manusia mampu
menggunakan apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya yaitu kelebihan
berpikir menggunakan otaknya serta mempunyai akal.
Menurut ajaran islam perlakuan
tehadap lansia ini dianjurkan seteliti dan sebaik mungkin. Perlakuan terhadap
lansia ini dibebankan pada anak-anaknya. Perlakuan terhadap orang tua berawal
dari rumah tangga (Keluarga).
KESIMPULAN
Pada masa lansia
sesuai dengan penurunan kemampuan dari segi fisik dan psikis, maka kehiduapan
keagamaan pada usia lanjut ini menurut hasil penelitian psikologi agama
ternyata meningkat : dari sebuah penelitian dengan sampel 1200 orang berusia
antara 60-100 tahun menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk menerima pendapat
keagamaan dan semakin meningkat.
Menurut William James,
usia keagamaan yang luar biasa tampaknya justru terdapat pada masa usia lanjut,
ketika gejolak kehidupan social sudah berakhir (Robert H. Tholuess. 1979:107).
Pendapat tersebut sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan lansia yang
semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk kehidupan
akhirat. Dapat juga disebut sebagai contoh kecendrunganpengikut berbagai
kegiatan keagamaan, misalnya pengajian, tarekat dan lainnya. Usia ini paling
tidak ditandai dengan pada wanita menopause. Dalam kehidupan yang sama dengan
pria biasanya sesungguhnya produksi sperma masih ada, namun kekuatan fisik yang
sulit dipertahankan. Untuk itulah biasanya pada pria sering terkena penyakit prostat.
Pada penelitian lain
terungkap bahwa yang menentukan sikap keagamaan pada usia lanjut diantaranya
adalah depersonalisasi. Kecenderungan
kehilangan identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya kematian,
merupakan salah satu factor yang menentukan berbagai sikap keagamaan di usia
lanjut (M. Argyle dan elle A. Cohen)
a. Secara garis
besarnya ciri-ciri keagamaan di usia lanjut ini adalah :
b. Kehidupan
keagamaan sudah mencapai kemantapan
c. Meningkatnya
kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
d. Mulai muncul
pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih
sungguh-sungguh
e. Sikap keagamaan
cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta
sifat-sifat luhur
f.
Timbul rasa takut pada kematian yang meningkat
sejalan dengan pertambahan usia
g. Perasaan takut
kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan
h. kepercayaan
terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)
DAFTAR
PUSTAKA
Elizabeth B.
Hurlock. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hal: 379-414
R.siti Maryam
dan Ns. Mia Fatma Ekasari. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika. Hal: 31-32
S.Tamber dan
Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 1-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar